Macbeth adalah seorang bangsawan Skotlandia yang menjadi pembunuh dalam karya tragedi Shakespeare, Macbeth.
Dia sering digambarkan sebagai pria yang memiliki konflik batin dan dikuasai ego sehingga membuatnya melakukan berbagai tindakan tak terpuji
Meskipun pada awal dikenal sebagai seorang jenderal heroik dan terhormat, karakter Macbeth menjadi bukti eksisnya bahaya dibalik status kebesaran seseorang.
Dalam kisah ini, Macbeth pada awalnya sangat dihormati oleh Raja Duncan dari Skotlandia untuk keberaniannya selama perang sipil besar.
Macbeth, juga dijuluki Panglima Glamis dan Cawdor, mempercayai nubuat yang dikatakan tiga penyihir bahwa dia akan menjadi raja.
Mempercayai ramalan ini, Macbeth kemudian berkomplot dengan istrinya untuk membunuh Duncan.
Terdapat kontroversi mengenai hubungan perkawinan antara Macbeth dan istrinya.
Sampai akhir abad ke-20, istri Macbeth digambarkan sebagai licik, manipulatif, dan menjadi sebab kejatuhan suaminya.
Setelah munculnya gerakan feminisme di barat, banyak pementasan modern menunjukkan alur berbeda dengan pasangan ini sama-sama memiliki ambisi untuk merebut kekuasaan.
Setelah berhasil membunuh Duncan serta menaiki tahta, Macbeth kemudian mengalami paranoia konstan dan dihantui rasa bersalah.
Di kemudian hari, Macbeth kembali mendengar nubuat bahwa temannya yang bernama Banquo akan menjadi ayah bagi garis keturunan raja baru di masa depan.
Merasa terancam, Macbeth lantas membunuh Banquo dan berupaya membunuh anaknya, Fleance.
Setelah peristiwa ini Macbeth menjadi hampir benar-benar gila serta merasa dihantui oleh orang-orang yang telah dibunuhnya.
Merasa curiga dengan bangsawan lain yang bernama Macduff, Macbeth memutuskan membunuh seluruh keluarga Macduff.
Menanggapi kelakuan ini, banyak bangsawan lantas membelot dan bergabung dengan pemberontakan yang dipimpin Macduff dan anak Raja Duncan, Malcolm.
Dalam pertempuran terakhir, Macbeth berhasil dibunuh tak lama setelah mendapat kabar bahwa istrinya telah bunuh diri.
Dia memberikan solilokui akhir terkenal sebelum akhirnya dipenggal oleh Macduff.
Kompleksitas Macbeth
Macbeth biasanya digambarkan sebagai karakter yang dibutakan ambisi, meskipun interpretasi ini bukan tanpa kontroversi.
Kesediaannya untuk percaya pada ramalan para penyihir sering digambarkan sebagai kesediaan untuk melakukan tindakan amoral demi memperoleh hasil yang sudah ditakdirkan.
Namun karakter ambisi ini juga disertai dengan kelabilan yang ditandai dengan Macbeth yang selalu membicarakan setiap aksinya serta membutuhkan persetujuan sang istri.
Interpretasi modern dari karakter Macbeth sering membuat perbedaan antara ambisi dan narsisme.
Dalam banyak hal, Macbeth menampilkan gejala kepribadian narsistik yang dicirikan dengan perasaan tidak aman dan membutuhkan perhatian serta pengingat akan kebesarannya.
Melalui karakteristik narsisis ini Macbeth justru menyalahkan nubuat dan bukan pilihannya sendiri saat memutuskan bertindak amoral.
Dia juga percaya diri bahwa dirinya tak terkalahkan dan tidak bisa dibunuh berdasarkan ramalan yang dia percayai.
Namun kesalahan paling fatalnya terletak pada keputusannya mengenyampingkan penilaian moralnya sendiri demi mendapatkan kekuasaan.
Karakter Macbeth amat unik karena menggambarkan orang jahat, tapi mengalami kegelisahan dan hati nurani yang tersiksa akibat perbuatan jahatnya.
Kompleksitas karakter Macbeth menjadikannya salah satu peran yang paling didambakan aktor selama empat abad terakhir sejak drama ini ditulis.[]